Gunung Bawang Kalimantan Barat

November 27, 2017
GUNUNG BAWANG BENGKAYANG KALIMANTAN BARAT


Sejarah Gunung Bawang

Gunung bawang adalah gunung 7 lapis dan berlapis - lapis layaknya bawang, karenanya di namakan gunung bawang. Bengkayang, Kalimantan Barat pada kecamatan Lebang Bawang tepatnya gunung ini berada dan menjulang tinggi ke atas langit. Ketinggian Gunung Bawang adalah 1471mdpl, memang tak terlalu tinggi dari sekian banyak gunung - gunung dipulau jawa, akan tetapi jalur menuju Summit Bawang 10 kali lipat lebih rumit dari gunung - gunung di jawa. Bukanlah perkara mudah untuk menuju Summitnya, karena jalur yang terdapat di Bawang ada 2 jalur yang melewati sisi kiri Peltam dan mengikuti arah air terjun mengalir dan ke-2 melewati jalur penebangan pohon sebelum Peltam. Jarak tempuh menuju Summit Bawang melewati air terjun sekitar 8 - 10 jam, dan jalur penebangan pohon memakan waktu 12 jam lebih. Banyak pendaki tentunya yang belum pernah mencapai Summit Bawang salah dalam memilih jalur dan melewati jalur penebangan pohon.

Gunung Bawang memiliki sejarah yang berkaitan sangat erat dengan Suku Dayak Bengkayang. Kepercayaan Suku Dayak disanalah asal usul nenek moyang mereka dan asal usul terbentuknya Suku Dayak Bengkayang yang membuat penduduk setempat sangat menghormati dan mengkramatkan Gunung Bawang tersebut. Bermula dari turunnya JUBATA (dewa yang dipercayai suku dayak bengkayang) ke dunia dan menempati Gunung Bawang. Berjalannya kelompok Jubata dari waktu ke waktu dan membentuk Gunung Bawang yang menjadi tempat terhormat bagi Suku Dayak tersebut. Terdapat Summit tempat turunnya Jubata ini adalah Summit sesungguhnya dari pada Summit Bawang yang diketahui saat ini. Summit tersebut terdapat sebuah danau yang ditengah - tengahnya ada batang pohon beracun, jika dikunjungi maka tak akan bisa kembali lagi, begitu sekilas mitos - mitos Gunung Bawang yang diceritkan langsung oleh Suku Dayak setempat.

    


PERJALANAN MENUJU KAKI GUNUNG BAWANG

Makanan pembuka menuju Summit Bawang di awali berjalan kaki dari jalan raya menuju Desa Madi dan Desa Suka Maju dilanjutkan ke kaki gunung. Pengalaman saya melakukan perjalanan tersebut dari jalan raya kami satu grub sampai jam 05.00 dan memulai berjalan kaki hingga kaki Gunung pada jam 11.30. Perjalanan yang cukup jauh kan sob? akan tetapi sobat Boeqil yang ingin mencoba, bisa menggunakan roda dua kok hingga kaki Gunung Bawang, kami hanya ingin benar - benar merasakan sensasi perjuangan dari Gunung ini. Bagi masyarakat Kalbar tentunya akan sangat mudah menuju Bengkayang tempatnya Gunung ini berada.

Pada tanggal 16 agustus 2014 dengan tujuan mengadakan upacara kemerdekaan Indonesia di Summit Bawang menjadi pengalaman untuk ke-2 kalinya bagi saya dalam pendakian. Saat kami tiba pada kaki Gunung Bawang, beristirahat sejenak untuk mengumpulkan kembali tenaga menuju Summit Bawang. Pada jam 12.30 kami yang terdiri 6 orang dalam satu grub memulai pendakian melewati jalur penebangan pohon (jalur jauh). Tibanya kami di aliran sungai Malabi sebagai tempat rehat kami sejenak, akan tetapi dari situlah kami mulai bingung dan kehilangan jalur selanjutnya untuk menuju Summit Bawang. Kami memulai dengan berpencar mencari Taging (tanda dengan ikatan tali) dan kembali berkumpul di Malabi untuk memberikan hasil survei jalur dari perorangan. Keputusan pun di dapatkan untuk melanjutkan perjalanan menuju Summit melewati dan mengikuti arus sungai Malabi. Pacat (lintah) mulai menggerogoti tubuh kami saat itu, membuat baju saya yang berwarna putih menjadi merah akan darah mengalir bekas dari gigitan pacat. Terus kami menyusuri dan mengikuti arus sungai yang menjulang ke atas gunung dan akhirnya mempertemukan kami pada pusat air mata sungai tersebut. Kami pun mandi membersihkan badan dari darah - darah bekas gigitan pacat, lanjut mendakit tanpa jalur yang jelas menuju puncak, akhirnya tibalah kami yang ternyata adalah puncak bayangan dari Gunung Bawang, tibanya kami disana pada jam 15.50 sore hari. Guyuran hujan pun membuat kami satu grub harus menggunakan mantel untuk melindungi Carier (tas gunung) dari hujan agar tidak merusak Logistik kami menuju Summit Bawang. Setelah hujan reda keputusan satu grub untuk kembali turun dari puncak bayangan menuju aliran sungai Malabi tempat kami berpencar tadi. Berdebat untuk keputusan selanjutnya dan membuat kami menyerah untuk melanjutkan perjalanan. Tuhan berkata lain, kami pun dipertemukan dengan Mapala dari Universitas Panca Bhakti di aliran sungai Malabi tersebut. Kembali berpencar untuk sama - sama menemukan jalur yang tepat dan akhirnya salah seorang dari kami menemukan Taging, dengan perasaan lega kami mulai melanjutkan perjalanan bersama Mapala tersebut pada jam 18.15 menunjukan hari mulai petang. Tak lama dalam perjalanan terdengar suara seperti binatang aneh yang asing untuk di dengar, ternyata suara tersebut dari salah seorang pendaki yang tertinggal dari grubnya dan tersesat kala itu. Kembali menambah jumlah dari kami untuk melanjutkan perjalanan yang teramat pedih karena mendaki dan sambil memperhatikan Taging dimalam hari menuju Summit Bawang. Pada jam 23.45 malam hari kami semua memutuskan berhenti istirahat mengisi perut dengan logistik yang kami bawa dan mendirikan Camp (tenda) untuk melanjutkan kembali pendakian pada esok harinya. Pada jam 03.50 kami mulai melanjutkan perjalanan menyusuri kejamnya track Bawang ini.
Foto tersebut saat kami beristirahat di daerah hutan yang dipenuhi dengan lumut - lumut diberbagai bebatuan dan pepohonan, juga banyak di jumpai berbagai macam tanaman Anggrek dan kantong semar yang memanjakan mata kami betapa indahnya alam ini (hutan lumut). Kembali melanjutkan perjalanan melewati Track licin dengan semangat 45 yang sedikit lagi sampai pada Summit Gunung Bawang. Setibanya di Summit kami berjumpa banyak pendaki - pendaki dari berbagai macam daerah dengan satu tujuan seperti kami melaksanakan upacara Kemerdekaan ke-69 tahun Indonesia Raya. Perasaan terharu senang dan sedih yang saya alami saat tiba di Summit Bawang.


Pelaksanaan Upacara Kemerdekaan pun kami mulai dengan menyanyikan lagu "Indonesia raya" yang membuat saya mengalirkan air mata bangga akan perjuangan bangsa dan pendakian menuju Summit Gunung Bawang ini. Perasaan bangga tiada tara yang saya rasakan akan perjuangan dan betapa indahnya alam ciptaan Tuhan Yang Maha Esa ini. Kami pun mengabdikan beberapa foto untuk kenangan seumur hidup.


Selama 2 jam lebih kami diguyur hujan lebat dan angin kencang di Summit Bawang yang membuat kami harus mempertahankan Camp agar tidak roboh. Rasa lapar pun menghampiri kami semua dengan sisa logistik yang tak mencukupi. Dengan menggabungkan semua sisa logistik dari setiap grub, kami memasak dengan peralatan seadanya dan menghamparkan terpal panjang yang dilapisi plastik diatasnya untuk membagikan makanan kepada para pendaki. 


Saling berbagi satu sama lain diantara kami para pendaki membuat rasa kekeluargaan semakin erat dan akrab satu sama lain. Selesai makan, semuanya mulai berkemas dan membersihkan sampah - sampah yang ada hingga jam 11.20 dan kami pun bergegas menuruni Summit Bawang. Pada jam 17.50 sore hari kami semua tiba di kaki Gunung Bawang. Sungguh pengalaman tak terlupakan bagi saya pribadi yang mengajarkan saja akan jiwa keteguhan, perjuangan, dan saling ber gotong - royong dalam mencapai sebuah tujuan.

DOKUMENTASI GUNUNG BAWANG








Sedikit pengalaman dari saya untuk kalian sobat Boeqil, mungkin bermanfaat bagi kalian dan menghibur tentunya :) kurang lebihnya mohon maaf ya sob dan Terimakasih. SALAM LESTARI!!!

Artikel Terkait

Previous
Next Post »